Zona Kalimantan – Belakangan ini, frasa “Kabur aja dulu” menjadi perbincangan hangat di media sosial. Lebih dari sekadar candaan, ungkapan ini mencerminkan kegelisahan generasi muda terhadap kondisi sosial dan ekonomi di Indonesia. Tagar #KaburAjaDulu pun viral, menjadi simbol kekecewaan serta keinginan mencari peluang yang lebih baik di luar negeri.
Kesenjangan Sosial dan Impian yang Sulit Digapai
Salah satu faktor utama di balik tren ini adalah kesenjangan sosial yang masih lebar. Akses terhadap pendidikan berkualitas, layanan kesehatan, dan lapangan kerja layak masih menjadi tantangan bagi banyak anak muda.
“Biaya kuliah semakin mahal, sementara lapangan pekerjaan setelah lulus juga tidak menjanjikan. Banyak dari kami merasa sulit untuk berkembang di dalam negeri,” ujar Dimas (25), seorang lulusan universitas swasta di Jakarta.
Persaingan di universitas negeri yang semakin ketat dan tingginya biaya pendidikan di institusi swasta membuat banyak anak muda merasa terjebak dalam situasi sulit. Setelah lulus, mereka harus menghadapi tantangan berikutnya: mencari pekerjaan yang sesuai dengan keahlian dan memberikan gaji yang layak.
Tekanan Ekonomi dan Beban Sosial
Kondisi ekonomi yang tidak stabil turut mendorong keinginan generasi muda untuk “kabur” ke luar negeri. Upah rendah, tingginya biaya hidup, serta minimnya kesempatan kerja membuat mereka merasa tidak memiliki pilihan lain.
“Saya sudah bekerja tiga tahun, tapi gaji saya tidak cukup untuk membeli rumah atau sekadar menabung. Sementara di luar negeri, standar gaji lebih tinggi dan ada peluang kerja yang lebih luas,” kata Siska (27), seorang pekerja di sektor kreatif.
Selain tekanan ekonomi, tuntutan sosial juga menjadi beban tersendiri. Harapan untuk segera mandiri, memiliki rumah, dan mencapai kestabilan finansial di usia muda sering kali bertentangan dengan realitas yang mereka hadapi.
Kritik terhadap Kebijakan Pemerintah
Fenomena #KaburAjaDulu juga dianggap sebagai bentuk kritik terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai belum sepenuhnya mendukung kesejahteraan generasi muda. Minimnya lapangan kerja, kurangnya perlindungan tenaga kerja, serta sulitnya akses perumahan terjangkau menjadi isu utama yang sering disuarakan.
Menanggapi tren ini, pemerintah mengimbau agar anak muda lebih bijak dalam mengambil keputusan. “Merantau ke luar negeri memang pilihan, tetapi harus diiringi dengan persiapan yang matang. Jangan sampai malah menghadapi masalah baru di negara tujuan,” ujar perwakilan dari Kementerian Ketenagakerjaan.
Harapan untuk Perubahan
Meskipun “Kabur aja dulu” menjadi tren, fenomena ini juga memicu diskusi lebih luas tentang perbaikan sistem di dalam negeri. Pemerintah, dunia usaha, dan berbagai pihak diharapkan lebih serius dalam meningkatkan kualitas pendidikan, membuka lebih banyak lapangan pekerjaan, serta menciptakan kebijakan yang lebih berpihak pada generasi muda.
Pada akhirnya, tagar ini bukan sekadar ajakan untuk meninggalkan Indonesia, tetapi juga suara yang menuntut perubahan. Generasi muda berharap agar mereka dapat meraih masa depan yang lebih cerah tanpa harus mencari kehidupan yang lebih baik di negeri orang. (ZK-Net)