Jumat, 13 Juni 2025
Banner Default
BerandaBERITA TERBARUMuhammadiyah Tetapkan 1 Ramadan 1446 H Jatuh pada 1 Maret 2025, Kemenag...

Muhammadiyah Tetapkan 1 Ramadan 1446 H Jatuh pada 1 Maret 2025, Kemenag Gelar Sidang Isbat

Jakarta, Zona Kalimantan – Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadan 1446 Hijriah jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025. Penetapan ini dilakukan berdasarkan hasil hisab yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Sayuti, menjelaskan bahwa metode hisab hakiki menjadi dasar perhitungan awal bulan hijriah.

“Pada Jumat Legi, 29 Sya’ban 1446 H atau 28 Februari 2025, ijtimak jelang Ramadan terjadi pada pukul 07.46 WIB. Tinggi bulan pada saat matahari terbenam di Yogyakarta mencapai 4 derajat 11 menit 8 detik. Dengan posisi ini, hilal sudah wujud dan 1 Ramadan jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025,” ungkapnya.

Metode hisab yang digunakan Muhammadiyah didasarkan pada peredaran bulan mengelilingi bumi secara astronomis. Perhitungan ini juga digunakan untuk menentukan waktu ibadah lainnya seperti salat, Idul Fitri, dan Idul Adha.

Kemenag Gelar Sidang Isbat

Sementara itu, pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar Sidang Isbat untuk menentukan awal Ramadan 1446 H pada Jumat, 28 Februari 2025. Sidang yang akan berlangsung di Auditorium H.M. Rasjidi, Jakarta Pusat, ini akan dipimpin oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar.

Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah (Urais Binsyar) Kemenag, Arsad Hidayat, menyampaikan bahwa secara astronomis, ada indikasi kuat hilal akan terlihat. “Berdasarkan data hisab, ijtimak terjadi pada Jumat, 28 Februari 2025, sekitar pukul 07.44 WIB. Ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia berada di atas ufuk antara 3° 5,91’ hingga 4° 40,96’, dengan sudut elongasi antara 4° 47,03’ hingga 6° 24,14’,” jelas Arsad.

Meskipun secara astronomi hilal diprediksi terlihat, Arsad menekankan bahwa keputusan akhir akan bergantung pada hasil Sidang Isbat. “Kita akan menunggu hasil pemantauan rukyatul hilal dan keputusan yang akan diumumkan oleh Menteri Agama,” ujarnya.

Dengan perbedaan metode penetapan awal bulan hijriah, Muhammadiyah dan pemerintah melalui Kemenag kerap memiliki potensi perbedaan dalam penetapan awal Ramadan. Kendati demikian, perbedaan ini tetap dihormati sebagai bagian dari keberagaman dalam penentuan kalender Islam di Indonesia.(ZK-Net)

 

 

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
Iklan Default

Postingan Populer

Komentar Terbaru